Bismillah, alhamdulillah as shalatu wassalamu 'ala rasulillah wa ba'du...
Apa kabar teman-teman?
Terakhir gw nulis di blog ini 4 tahun lalu, dan hari ini rasanya kangen pengen nulis lagi.
Tulisan ini isinya adalah curahan hati gw. jadi disclaimer dulu nih, isi tulisan ini mungkin gak akan lu suka atau ga sesuai dengan sudut pandang luh, hal itu wajar aja karena isi dari tulisan ini jelas subjektif ya. tulisan ini gw tulis sebagai ungkapan kekecewaan gw sebagai orang tua yang punya anak yang udah sekolah dan juga sebagai guru yang udah ngajar kurang lebih 16 tahun.
Bismillah,
Siapapun orang tuanya, seburuk apapun dia, pasti pengen anaknya dapet pendidikan yang terbaik, bisa sekolah di sekolah yang terbaik, sekolah dengan sistem kurikulum yang baik, guru baik yang mendidik muridnya seperti mendidik anaknya sendiri, fasilitas yang nyaman yang bikin anak betah di sekolah dan hal-hal baik lainnya.
Masyarakat saat ini secara umum melihat sekolah yang memiliki kriteria seperti itu ada pada sekolah-sekolah swasta. hal ini wajar aja menurut gw, karena biasanya sekolah swasta menawarkan fasilitas yang mewah dan berkualitas. nah...untuk bisa memberikan semua fasilitas tersebut tentu saja butuh dana dan darimana lagi dana yang bisa didapatkan oleh sekolah swasta untuk membangun dan menyediakan fasilitas tersebut jika bukan dari uang iuran dari orang tua siswa. klopun ada dana BOS dari pemerintah tentu saja penggunaannya terbatas dan sangat ketat auditnya, tidak sembarangan boleh dibelanjakan oleh sekolah. ya emang ada sih beberapa sekolah swasta berkualitas yang mengandalkan dana dari donatur, tapi masih jarang setau gw. kemudian, tentu saja gedung sekolah yang mewah dan nyaman jelas pengadaannya butuh dana yang tidak sedikit, begitupun perawatan dan operasionalnya. terus untuk sekolah bisa mendapatkan guru yang berkualitas dan berdedikasi dibutuhkan bayaran gaji yang layak, dan inipun hal yang wajar dan manusiawi. asumsi dasar ini membuat masyarakat memahami dan menerima kenapa sekolah-sekolah swasta yang bagus dan berkualitas tersebut bisa mahal.
Namun realita yang ada adalah tidak semua kalangan mampu untuk menyekolahkan anaknya di sekolah seperti ini. di negeri kita pendidikan yang berkualitas itu adalah barang mahal. biasanya mereka yang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah swasta berkualitas seperti ini adalah mereka yang berasal dari kalangan ekonomi menengah.
Sekarang yang jadi pertanyaan adalah apakah ketika sekolah swasta tersebut dianggap sebagai sekolah berkualitas lantas kemudian sekolah negeri otomatis langsung jadi sekolah yang tidak berkualitas? maka jawabannya tentu saja tidak, karena banyak juga sekolah negeri yang bagus dan berkualitas. tapi tetap saja stigma sekolah yang berkualitas adalah sekolah swasta adalah hal yang sudah menjadi asumsi umum di masyarakat saat ini.
Bagi mereka yang memiliki kecukupan ekonomi tentu memiliki kesempatan yang lebih luas dan bebas untuk memilih sekolah untuk anak-anak mereka. dan tentu mereka punya preferensi yang berbeda-beda yang menjadi alasan mereka memilih sekolah tersebut. ada yang mengutamakan pendidikan agamanya, atau ada yang lebih spesifik yaitu pada aspek hafalan Al Qur'annya, atau ada juga yang berfokus pada fasilitas fisik sekolah dan lain sebagainya. tapi bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam ekonomi, tentu mereka hanya memiliki sedikit pilihan, bahkan terkadang tidak ada pilihan sama sekali.
Pemerintah kita saat ini berusaha keras memberikan pelayanan pendidikan yang layak bagi rakyat, di antara kebijakan yang bagus dan memihak rakyat adalah dengan menggratiskan sekolah dasar sampai menengah. tentu saja hal ini adalah kabar gembira bagi semua pihak. dengan kebijakan ini diharapkan tidak ada lagi anak yang tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu. selain menggratiskan biaya sekolah, pemerintah juga berusaha meningkatkan kualitas guru yang ada dengan program sertfikasi pendidik atau PPG, di mana mereka yang sudah diangkat jadi guru harus belajar lagi dengan mengikuti program pendidikan ini dengan tujuan menghasilkan standar guru negeri yang lebih baik. dan tentu saja guru yang lulus program ini pun akan diberikan tunjangan tambahan di luar gaji mereka, dengan harapan akan membuat guru lebih fokus ngajar di sekolah dan mendidik, gak kaya zaman gw SD, gaji guru sangat kecil sehingga ada guru gw yang pulang ngajar harus narik angkot atau bahkan jadi tukang ojek buat nambah penghasilan. dan alhamdulillah bapak gw sendiri adalah guru PNS yang baru pensiun beberapa tahun belakangan, dan gw ngerasain betapa susahnya kehidupan keluarga guru ketika itu. selain itu upaya tadi, pemerintah pun memberi dana tambahan untuk memperbaiki sekolah-sekolah negeri yang kurang baik kualitasnya. zaman sekarang sekolah negeri udah bagus dan estetik, zaman gw sekolah dulu di tahun 90-an di sekolah itu ga ada wc, ada si sebenernya tapi ga bisa dipake. satu kelas diisi 50 murid, gw duduk satu meja itu bertiga, bahkan ada yang berempat.
Tapi apakah usaha dari pemerintah ini bisa dinikmati oleh rakyat? jelas jawabannya iya!. bagi rakyat yang kurang mampu tentu ini adalah kabar gembira. tapi ada pertanyaan lanjutan, apakah setelah menyekolahkan anaknya di negeri orang tua jadi lebih lega karena tidak perlu mencari uang tambahan untuk biaya anaknya sekolah? klo ini jawabannya relatif, bagi beberapa orang jawabannya adalah tidak. seharusnya orang yang kurang mampu akan lega setelah anaknya bisa sekolah di negeri, tapi sayang sekali banyak fakta di lapangan yang berkebalikan dari itu.
Iya sih emang masuk sekolah negeri itu ga harus bayar SPP apalagi uang gedung, tapi ternyata dalam prosesnya banyak biaya ini itu yang kadang bikin kaget orang tua murid. biaya tak terduga di luar proses kegiatan belajar mengajar pokok. di sini gw gak lagi bahas iuran kas kelas ya, atau infak sukarela serebu dua rebu dari murid, itu mah wajar elah. tapi yang gw akan spill adalah beberapa contoh biaya-biaya di luar biaya operasional belajar mengajar pokok tadi, dan info ini gw dapatkan langsung A1. Di antaranya adalah ada sekolah negeri yang ngadain kegiatan study tour ke luar kota dengan biaya hampir 2 juta, hal ini tentu saja berat buat beberapa orang tua murid. emang sih siswa gak diwajibkan ikut tapi tentu saja gak semua orang tua mampu, karena faktanya latar belakang ekonomi orang tua murid di sekolah negeri itu sangat heterogen, ada yang berkecukupan dan ada juga yang pas-pasan bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok dasar saja mereka kesulitan. dan apakah study tour itu harus keluar kota? apa di dalam kota gak ada tempat yang bisa dijadikan referensi pembelajaran? kemudian ada juga sekolah negeri yang memungut biaya 150 ribu rupiah perbulan dan mereka bilang ke orang tua klo itu bukan SPP, dan jika tidak dibayar maka ijazah akan ditahan. dan ada contoh-contoh yang lain juga yang klo kita mau browsing di internet, maka kan banyak kita dapati. sebagai contoh gunakan saja keyword "Oknum Sekolah Negeri Pungli" maka akan muncul kasus-kasus yang serupa.
Tentu saja itu adalah contoh oknum dan tidak semua sekolah negeri seperti itu. tapi yang sangat disayangkan adalah kenapa masih ada hal-hal seperti itu, padahal pemerintah telah berusaha memberikan dana yang lebih besar dalam APBN untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas dan gratis bagi semua rakyat. pemerintah telah berusaha memperbaiki kualitias pendidikan, baik untuk perbaikan kualitas untuk sekolah itu sendiri ataupun untuk gurunya. Tapi yang sangat disayangkan adalah masih ada oknum-oknum nakal yang mencari kesempatan untuk mencari uang tambahan dengan cara seperti itu, padahal pemerintah telah menjamin gaji untuk guru-guru yang mengajar. bahkan ketika di wisuda sebagai sarjana pendidikan mereka telah mengucapkan sumpah Tri Dharma Perguruan Tinggi. dan di antara isi nya adalah pengabdian kepada masyarakat.
Demikian tulisan ini gw buat, sekali lagi tulisan ini isinya adalah curahan hati yang tentu saja sifatnya subjektif. mungkin lu gak setuju dan punya pandangan lain yang berbeda dari tulisan gw, ya silahkan aja. apapun itu.... sebagai seorang guru dan juga orang tua, gw selalu punya mimpi bahwa setiap rakyat itu siapapun dia apapun latar belakangnya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang bagus dan berkualitas, bukan hanya sekedar bisa sekolah terus lulus dan dapat ijazah, tapi betul-betul mendapatkan fasilitas pendidikan yang bagus dan berkualitas dari semua aspeknya. wallahu a'lam.
Depok,
Salman Alfarisi, S.Pd.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar